source: pixabay.com
Selamat
sore, Sobat. Jumpa lagi bersama saya MogiMogy pada tulisan kali ini. Sesuai
dengan judul artikel ini, saya ingin sharing
tentang cara mengolah dan merealisasikan ide menjadi sebuah tulisan yang
menarik dan enak untuk dibaca, khususnya cerita-cerita fiksi layaknya cerpen.
Sebagian
dari kita mungkin menganggap ide adalah hal yang sepele. Namun, ide merupakan sebuah intisari dari tulisan kita. Jika kita analogikan, ide itu ibarat akar dalam
sebuah pohon. Akar yang membuat pohon bisa tumbuh dan berdiri tegak. Seperti itulah, mekanisme ide itu bekerja.
Untuk membuat sebuah tulisan yang bagus, ide adalah hal pertama yang kita perlukan. Sesederhana
apapun ide yang kita miliki, tetap saja ide itu layak untuk diceritakan. Karena
ide yang sederhana belum tentu membuat cerita yang kita tulis kurang menarik.
Begitupun sebaliknya, ide yang sangat menarik juga belum tentu dapat menjadi
tulisan yang menarik untuk dinikmati jika eksekusi ide tersebut tidak maksimal.
Namun, yang perlu kita garis bawahi di sini adalah semua tulisan yang baik
berangkat dari ide.
Sekarang
pertanyaannya, bagaimana cara mendapatkan ide yang menarik untuk sebuah tulisan?
Terkadang,
kita sibuk mencari ide sampai-sampai pikiran kita puyeng. Padahal, ide itu tersebar
di mana-mana. Nggak percaya? Tukang becak yang sedang makan nasi bungkus di
pinggir jalan, seorang anak kecil yang berantem karena permasalahan sepele,
berita perselingkuhan, pengalaman pahit kita dan segala hal yang ada di sekitar
kita dapat menginspirasi kita untuk menulis sesuatu. Cerita-cerita mereka bisa
menjadi ide dasar dari tulisan kita.
Saya
pribadi pernah menulis cerita-cerita yang sangat lekat dengan kehidupan saya.
Tentang pengalaman patah hati saya juga hal-hal remeh temeh, seperti kucing
yang ditinggal mati pasangannya atau seorang pria yang sedang bermasalah dengan
rumah tangganya. Saya juga pernah menulis sebuah cerita tentang seorang wanita
yang menderita kanker setelah membaca tulisan nyata salah satu blogger asal Jerman yang mengidap kanker
sejak lama. Ide-ide itu saya dapatkan dengan cara yang sederhana dan tanpa
sengaja. Dan yang paling penting adalah dekat dengan kehidupan saya.
Jadi,
buat kalian yang masih suka bingung mencari ide untuk sebuah tulisan, kalian
perlu melatih kepekaan diri kalian terhadap lingkungan sosial juga diri kalian
sendiri.
Baca juga: Menulis di Blog Sendiri atau Platform Lain?
Setelah
mendapatkan ide, apa langkah kita selanjutnya?
Perlu
kita ketahui bahwa ide yang sekelebat mampir di otak kita itu gampang hilang
jika tidak kita tulis. Maka dari itu, langkah pertama yang perlu kita lakukan
setelah mendapatkan ide adalah mencatat ide itu di lembar kertas atau mungkin
di aplikasi note yang ada di smartphone
kita.
Proses
selanjutnya adalah tahap pematangan ide. Ide yang sekilas mampir itu sifatnya
masih mentah dan jika kita langsung mengeksekusinya kadangkala cerita kita
tidak akan fokus dan malah menyebar kemana-mana. Oleh sebab itu, kita perlu
mematangkan ide tersebut dan mengolahnya hingga menjadi premis cerita dalam
bentuk sebuah kalimat pernyataan.
Buat
kalian yang bingung, apa itu premis? Premis merupakan landasan pemikiran dari
cerita kita. Sederhananya, premis menggambarkan inti cerita kita secara
keseluruhan.
Contoh
konkretnya semacam ini:
Bayangkan,
kita di sebuah jalan dan tiba-tiba melihat pengemis tua yang sedang
meminta-minta. Tiba-tiba, tercetus ide di kepala untuk menulis tentang pengemis
tua. Namun, akan kita bawa kemanakah cerita kita? Pertanyaan mendasar itu harus
bisa kita jawab agar kita tidak kebingungan selama proses menulis.
Nah,
kita perlu mengembangkan ide tentang pengemis tua itu menjadi sebuah premis
yang menarik untuk diceritakan. Misalkan, kita membayangkan pengemis tua itu
awalnya dulu seorang pengusaha yang kaya raya, tetapi karena dia punya habit
atau kebiasaan buru, seperti berjudi dan mabuk-mabukan, ia akhirnya jatuh
miskin.
Dari
gambaran itu, kita bisa membentuk sebuah premis sederhana dari tulisan kita,
yaitu “seorang pengemis tua yang merupakan mantan pengusaha kaya, tetapi jatuh
miskin karena kebiasaan buruknya dalam menghamburkan uang dan dia menyesali
perbuatannya.”
Dalam
mengembangkan ide yang mentah menjadi sebuah premis yang menarik, kita perlu
bermain dengan imajinasi kita secara liar.
Setelah
mendapatkan premis, apa langkah selanjutnya?
Apabila
kita sudah mendapatkan premis yang kita inginkan, sebaiknya jangan terburu-buru
untuk menulis. Hal yang perlu kita lakukan terlebih dahulu adalah mengembangkan
premis tersebut menjadi kerangka cerita yang akan kita tulis. Kita harus
memikirkan step by step dan juga alur
cerita sehingga kita tetap pada jalur cerita. Tanpa kerangka cerita, bisa jadi
kita akan menulis kemana-mana dan bingung hendak mengakhiri cerita kita.
Dalam
menyusun kerangka cerita ini, kita juga perlu berpikir hal-hal teknis, seperti
sudut pandang (menggunakan orang ketiga atau orang pertama), penataan alur
(maju, mundur, atau kombinasi keduanya), dan sejenisnya. Jangan lupa, penting
bagi kita untuk membuat plot twist
pada akhir cerita.
Supaya
kalian lebih jelas dan gamblang, mari kita sama-sama kembangkan cerita tentang
pengemis tua tadi menjadi kerangka cerita.
a. Premis:
Seorang pengemis tua yang merupakan mantan pengusaha
kaya, tetapi jatuh miskin karena kebiasaan buruknya dalam menghamburkan uang
dan dia menyesali perbuatannya.
b. Kerangka Cerita:
Bagian
pertama
Menceritakan kehidupan sehari-hari pengemis yang suka
meminta-minta di jalanan (tempat mangkal, jam mangkal, dan lain-lain sesuai
imajinasi kalian).
Bagian
kedua
Menceritakan suka duka menjadi pengemis, seperti
diludahi orang dan penderitaan yang lain.
Bagian
ketiga
Menceritakan konflik batin pengemis yang
terngiang-ngiang di ingatannya (misal, pernah makan enak, tidur di hotel
bintang lima, dll).
Ending
Salah satu rekan bisnisnya bertemu dengan dia dan
menghina dia di depan banyak orang.
Plot
Twist
Orang-orang yang ada di sekitar mereka baru menyadari
bahwa pengemis tua itu adalah pengusaha sembako sukses yang bangkrut karena
uangnya ludes setelah kalah berjudi dan didemo banyak karyawannya karena gaji
mereka tidak dibayar selama berbulan-bulan.
***
Pengembangan cerita tentu
terserah kalian karena yang menulis cerita itu kalian. Kerangka yang saya
paparkan di atas hanyalah contoh sederhana yang mungkin mampu memberikan gambaran
buat kalian yang masih bingung.
Setelah
kerangka cerita selesai, apa langkah selanjutnya?
Saya
kira pada bagian ini sudah cukup jelas. Kalian bisa memulai proses penulisan
setelah mematangkan kerangka cerita kalian. Tulislah sesuai dengan gaya kalian
dan hilangkan semua beban yang menghambat kalian dalam menulis. Anggap menulis
sebuah sarana rekreasi dan pelampiasan emosi yang membuat kalian senang dan
bahagia. Dan jangan takut bermain dengan kata-kata.
Tips
yang bisa saya berikan pada proses penulisan ini, yaitu buat paragraf pertama
yang menarik dengan menyisipkan potongan teka-teki sehingga membuat pembaca
penasaran. Teka-teki itu nanti yang akan mengarah pada plot twist yang membuat pembaca tidak pernah menduga arah dari
cerita kalian.
***
Nah,
mungkin itu saja yang bisa saya share kepada Sobat sekalian pada tulisan kali
ini. Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa ide merupakan akar dari sebuah
tulisan sehingga ide yang matang akan membuat tulisan kita menjadi lebih
menarik dan terarah. Konsep mengenai ide ini sebenarnya berlaku dalam bidang
apapun, seperti pembuatan film, teater, produk, dan sebagainya. Karena pada
hakikatnya, ide adalah inti dasar dari segala sesuatu.
Akhir
kata, mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata atau pendapat dalam penulisan
artikel ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi sobat sekalian, khususnya yang
punya minat atau hobi di bidang kepenulisan. Thanks.
Baca juga: Kopi dan Penulis
Tags
Blogging & Writing