source: worldsmile.com
Selamat
malam sobat sekalian. Jumpa lagi bersama saya di artikel kali ini. Akhir-akhir
ini, saya sedang sibuk dengan dunia nyata sehingga saya seringkali absen
ngeblog. Jujur, saya agak sedih juga karena jarang ngeblog berhubung jiwa saya
ada di dunia blogging. Namun, kewajiban
saya di dunia nyata juga penting dan tidak mungkin saya abaikan begitu saja.
Alhasil, saya memilih vakum dulu dari dunia blogging
dan fokus ke dunia nyata terlebih dahulu.
Pada
artikel kali ini, saya hanya ingin membahas topik ringan seputar kehidupan –
setengah curhat juga isinya, yaitu tentang realitas yang tidak sesuai dengan
harapan. Pasti sobat sekalian seringkali mengalami hal ini. Kita sudah punya
planning yang matang ketika hendak mengerjakan sesuatu, akan tetapi eksekusinya
malah berantakan dan hasilnya justru di luar perkiraan. Hal itulah yang saya
alami beberapa waktu terakhir ini.
Saya
merasa, apa yang saya rencanakan dan apa yang saya lakukan tidak selaras. Semua
yang saya rencanakan tidak berjalan seperti apa yang saya harapkan. Padahal,
saya sudah berusaha sebaik mungkin sesuai dengan kapasitas saya. Jujur, saya
kemarin dalam kondisi yang berantakan hingga membuat saya kembali ke jurang
lama saya, yaitu depresi dan sangat tertekan. Saya merasa sangat tidak berguna
sebagai seorang manusia.
Saya
sadar, realitas kadang terlalu pahit untuk diterima. Realitas membanting saya
dengan cukup keras. Hal itu membuat saya merenung dan berpikir cukup dalam.
Meskipun realitas itu sangatlah pahit untuk saya hadapi, pelan-pelan saya mulai
menerimanya dengan legowo. Memang seperti itulah kehidupan. Tidak semua hal
dapat berjalan mulus seperti yang kita rencanakan. Sebagus apapun hal yang kita rencanakan,
tetap saja ada hal-hal di luar kehendak kita yang seringkali menjadi hambatan
atau distorsi dari sebuah perencanaan. Analoginya seperti duri di tengah jalan
yang membuat ban kita kempes ketika asik-asiknya menikmati perjalanan.
Baca juga: Sebuah Cerita Menjalani Pahit Getirnya Kehidupan
Realitas-realitas
pahit semacam itu sangatlah lumrah kita temu dalam kehidupan. Saya juga
teringat quotes unik dari salah satu artikel Mojok bahwa hidup itu memang
humble dan bajingan, seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan, gagal masuk
universitas favorit, dan hal-hal lain yang seringkali menyakitkan untuk kita
terima. Hal-hal semacam itu tidak dapat kita tolak. Namun, permasalahannya sekarang adalah tergantung
cara pandang kita terhadap hal itu.
Kalau
kita menyikapi realitas pahit itu dengan pandangan negatif, tentu kita akan
menghabiskan waktu demi waktu dengan depresi dan sedih yang tak berkesudahan.
Kita jadi gak nafsu makan, susah tidur, males mandi, dan kadang kala kita juga
sempat berpikir untuk mengakhir kehidupan. Namun, ketika kita memandang
realitas yang pahit itu dengan cara yang positif, saya percaya bahwa kita dapat
memetik sebuah pelajaran yang bermakna dari hal tersebut. Dari situ kita dapat
belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan juga bermental tangguh.
Semakin banyak benturan, maka semakin kuat pulalah mental kita sebagai seorang
manusia.
Barangkali,
itu saja yang dapat saya bagikan dalam tulisan saya kali ini. Intinya, jangan
sedih dan depresi berkepanjanga ketika realitas itu tidak sesuai dengan
harapan. Jadikan itu sebagai pelajaran dan impuls yang positif untuk perbaikan
pribadi kita di masa mendatang.
Akhir
kata, semoga tulisan saya ini bermanfaat buat kalian. Thanks sudah menyempatkan mampir dan membaca tulisan saya ini.
“Ketika
kau berada pada titik nadir,
percayalah bahwa kehidupan itu tak selamanya
getir.”
MogiMogy
Tags
Jejak