source: edukasi.kompas.com
Beberapa
bulan terakhir ini, sebuah buku dengan judul yang cukup clickbait tengah viral
di kalangan kawan-kawan saya. Yap, buku itu adalah buku self emprovement (pengembangan diri) karya Mark Manson yang
berjudul Sebuah Seni Bersikap Bodoh Amat (The
Subtle Art to Not Giving A F*ck). Mark adalah seorang blogger Amerika
ternama dengan jutaan pembaca. Bukunya yang satu ini juga termasuk salah satu
buku terlaris versi New York Times dan
Globe and Mail.
Dari
pertama membaca judul bukunya saja saya sedikit tertawa berhubung selera humor
saya rendah. Namun di satu sisi saya juga lumayan tertarik untuk membaca buku
ini. Saya akhirnya mendapatkan kesempatan untuk membaca buku ini setelah
meminjamnya dari teman saya. Dan kali ini saya ingin mengulas buku tersebut
berdasarkan opini dan perspektif saya sebagai seorang pembaca.
Mark
membuka buku ini dengan sebuah kisah dari seorang pria yang bernama Charles
Bukowsky. Ia menggambarkan Bukowsky sebagai sosok yang ideal untuk dijadikan
sebuah pelajaran dalam kehidupan. Bukowsky adalah seorang pecandu alkohol, suka
main perempuan, pejudi dan juga seorang penyair yang buruk. Ia bercita-cita
sebagai seorang penulis namun banyak penerbit yang menolak karena tulisannya
hancur dan berantakan. Selain itu, Bukowksy bekerja sebagai tukang pos dalam
kesehariannya. Selama tiga puluh tahun, ia menghabiskan waktunya tanpa makna
dan menganggap dirinya sebuah kegagalan. Namun pada usia 50 tahun, ada seorang
Editor yang tertarik dengan tulisan Bukowsky dan menawarinya sebuah kesempatan.
Bukowsky mengambil kesempatan itu dan menulis novel pertamanya Post Office
dalam kurun waktu tiga minggu. Berkat itu, ia pun menjadi terkenal. Meskipun demikian,
popularitasnya tidak membuat Bukowsky berhenti dari kebiasaan buruknya
mabuk-mabukan dsb.
Melalui
kisah Bukowsky ini, Mark ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa Bukowsky
adalah seseorang yang bodo amat
dengan kesuksesan. Ia menegaskan bahwa Bukowsky merupakan sosok yang jujur dengan
dirinya sendiri. Meski banyak yang berkata bahwa kesuksesan Bukowsky adalah
hasil dari kegigihan dan usahanya untuk meraih impian, fakta yang terjadi
justru menunjukkan yang sebaliknya. Bukowsky dulu adalah seorang pecundang.
Namun ia jujur dengan dirinya sendiri dan menerima hal tersebut. Menurut saya,
kisah Bukowsky sebagai pembuka buku ini sangat epic dan cukup inspiratif.
Alasan
kuat Mark terkait pentingnya sikap masa bodoh ini adalah sebagai berikut ini,
“Masyarakat modern saat ini, lewat keajaiban budaya
konsumen dan media sosial yang giat dijadikan ajang amer, telah melahirkan generasi
manusia yang percaya bahwa memiliki pengalaman-pengalaman negatif ini (rasa
cemas, takut, bersalah, dan lain-lain) sangat tidak baik.”
Kita
seringkali terjebak pada situasi yang tidak menguntungkan dan membuat kita
berpikir bahwa kehidupan orang lain masih jauh lebih baik dari kehidupan kita.
Hal itulah yang justru menyiksa diri kita. Bersikap masa bodoh adalah kuncinya.
Salah satu teori yang mendukung sikap masa bodoh
Mark ini adalah teori filsuf Alan Watts tentang hukum kebalikan yang intinya
adalah semakin kuat Anda merasa baik setiap saat, maka Anda akan merasa semakin
tidak puas. Mark menjelaskan bahwa dunia kadang berjalan secara terbalik.
Contoh saja ketika kita berharap sesuatu yang bagus atau terlalu fokus,
terkadang hasilnya malah berantakan. Sebaliknya ketika kita kurang memedulikan
sesuatu atau hanya sekadar iseng malah menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Mark
pun menjelaskan definisi bodo amat
dalam buku ini,
“Masa bodoh atau bodo amat artinya memandang tanpa
gentar rintangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil
suatu tindakan.”
Ia
pun membagi seni bersikap masa bodoh ini menjadi tiga poin penting yaitu:
1. Masa bodoh bukan berarti acuh tak acuh, masa bodoh
berarti nyaman saat menjadi berbeda.
Dalam
poin ini, Mark menjelaskan bahwa kita tidak perlu merisaukan banyak hal yang
tidak penting seperti komentar orang tentang rambut baru kita dsb. Ia juga
menegaskan bahwa masalah itu ada bukan untuk dihindari karena masalah pasti
akan selalu ada dalam hidup. Oleh sebab itu, setiap individu harus menemukan
sebuah masalah yang dapat dihadapi dan dinikmati.
2. Untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan pertama-tama Anda harus peduli
terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.
Pada
poin ini, Mark menjelaskan bahwa seseorang harus menemukan sesuatu yang penting
dan bermakna dalam hidup, Hal ini penting agar waktu serta tenaga yang
dicurahkan dapat tersalurkan dengan benar. Apabila seseorang tidak menemukan
sesuatu yang penting maka perhatian mereka akan tercurahkan untuk hal-hal yang
sia-sia.
Baca juga: Menulis di Blog Sendiri atau Platform Lain?
3. Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.
Pada
bagian ini, Mark memaparkan bahwa manusia selama hidupnya pasti memiliki
sesuatu untuk diperhatikan. Namun semakin bertambahnya usia, seseorang harus
lebih selektif dalam memilih sesuatu untuk diperhatikan. Inilah yang disebut
sebagai kedewasaan. Dalam tahap ini, manusia akan mulai mengetahui identitas
mereka dan menerimanya sepenuh hati dan Mark menjelaskan bahwa manusia akan
merasa merdeka jika mereka menerima semua itu. Sepeti kisah Bukoswky yang jujur
dengan dirinya dan menerima segala kekurangannya.
Mark
sendiri menyatakan bahwa,
“Buku ini tidak berbicara bagaimana meringankan
masalah atau rasa sakit. Bukan juga panduan untuk mencapai sesuatu. Namun,
sebaliknya buku ini akan mengubah rasa sakit menjadi kekuatan, dan mengubah
masalah menjadi masalah yang lebih baik. Khususnya buku ini mengajari untuk
peduli lebih sedikit,”
Banyak
dari kita yang menganggap bahwa masalah dan rasa sakit itu sudah sepatutnya
dihindari. Padahal rasa sakit dan masalah adalah sesuatu yang akan selalu ada
dalam kehidupan tinggal bagamana seseorang menghadapinya. Selain itu, banyak
dari masyarakat kita yang terlalu banyak peduli pada hal-hal yang sepatutnya
tidak dipedulikan. Contoh yang paling konkrit adalah kita terlalu peduli dengan
komentar-komentar serta penilaian orang lain terhadap diri kita. Melalui buku
ini, Mark ingin mencoba memberikan perspektif baru kepada kita semua.
Baiklah
pemaparan di atas masihlah permulaan tentang sikap bodo amat. Buku ini terbagi
ke dalam beberapa bab dan Mark membagi bab tersebut berdasarkan beberapa topik
yang penting untuk dibicarakan. Meskipun saya sendiri merasa cukup susah untuk
menangkap semua substansi dari buku ini tapi ada beberapa poin penting yang
akan saya jadikan sebagai fokus utama dalam review buku ini. Poin-poin tersebut
adalah tentang kebahagiaan dan
penderitaan, nilai, proses dan
komitmen.
Mark
mengungkapkan beberapa nilai yang dianggapnya sebagai sampah. Ia membagi nilai
tersebut ke dalam empat besar yaitu kenikmatan, kesuksesan material, selalu
benar dan tetap positif. Ia menganggap nilai-nilai tersebut sangat tidak
rasional dan cenderung merugikan. Contohn saja tentang kesuksesan material
bahwa tidak ada relasi antara kebahagiaan dengan kesuksesan duniawi dan manusia
tidak akan pernah puas jika memiliki nilai yang didasarkan pada kesuksesan
material. Selain itu, Mark juga membagi nilai ini menjadi dua yaitu nilai baik
dan buruk berdasarkan tolak ukur tertentu. Perbedaan antara kedua nilai
tersebut adalah jika nilai baik bersumber pada kenyataan, maka nilai yang buruk
itu berdasarkan pada takhayul atau imajinasi semata.
Selain
itu, yang saya suka dari buku ini adalah tentang cara Mark menunjukkan kepada
pembacanya untuk mencintai sebuah proses bukan mencintai hasil. Hal ini sudah
menjadi sebuah paradoks dalam masyarakat kita bahwa kebanyakan dari mereka
menginginkan sesuatu secara instan tanpa menempuh pengorbanan atau rasa sakit.
Mark mengajak para pembaca untuk mencintai sebuah proses dan penderitaan dalam
meraih sebuah tujuan. Ia juga menekankan sebuah prinsip untuk melakukan
sesuatu, tidak peduli bagaimana hasil akhirnya nanti.
Hal
terakhir yang ingin saya bahas di sini adalah mengenai komitmen. Rasanya Mark sangat
paham betul dengan apa yang disebut komitmen. Ia bercerita bahwa dirinya telah
berkunjung ke banyak tempat dan berkencan dengan banyak perempuan. Pada awalnya
ia tidak ingin menjalin sebuah komitmen, tetapi pada suatu titik ia sampai pada
tahap ketika ia harus memilih untuk menetapkan sebuah pilihan. Ia merasakan
sebuah hal yang luar biasa ketika dia memilih untuk berkomitmen pada satu hal.
Apa yang ada di sekitarnya terasa menjadi lebih berarti.
Nah,
barangkali itu beberapa poin penting yang ada di dalam buku ini. Jujur memang aga
susah memahami buku ini secara menyeluruh. Ketika saya membaca buku ini ada
beberapa hal yang menurut saya ngambang dan bertanya-tanya apa kaitannya dengan
sikap masa bodoh ini. Namun secara keseluruhan buku ini layak untuk dibaca dan
dapat memberikan perspektif baru kepada kalian.
Sebagai
kesimpulan, bersikap masa bodoh itu penting agar kita tidak memedulikan segala
hal dalam hidup kita. Dengan bersikap bodo amat kita bisa mensortir perhatian
kita terhadap hal-hal penting dan prioritas. Bersikap bodo amat juga dapat
diartikan bahwa kita fokus pada satu hal.
Demikian
ulasan saya. Terima kasih atas kunjungan kalian. Semoga menginspirasi.