source: mamikos.com
“Capek
kuliah, pengen nikah aja.”
Salah
satu celetukan yang beberapa waktu lalu kerap digaung-gaungkan oleh kawan-kawan
saya khususnya yang perempuan. Memang, pada semester kelima ini tugas-tugas
kian memusingkan dan bisa membuat mata berkunang-kunang karena begadang
semalaman. Saya menulis tulisan ini berangkat dari permasalahan tersebut karena
saya sendiri juga sedang mencapai titik yang paling menjenuhkan dalam dunia
perkuliahan.
Apabila
dilihat kembali, sudah dua tahun ini saya duduk di bangku perkuliahan dan telah
melalui banyak hal. Namun tak dapat dipungkiri bahwa di semester yang sudah
memasuki semester tua ini, tugas-tugas kian banyak dan semakin berbobot
(susah). Apalagi ditambah pikiran-pikiran lain di luar akademis seperti cari
kerja, orgnasisasi atau masalah nikah hehe.
Nuansa
di semester tua memang sangat jauh berbeda dengan masa-masa maba yang penuh
kenangan manis karena bisa bersantai ria dan tekanan yang tak terlalu banyak.
Ibarat sungai alirannya masih tenang-tenang saja. Walaupun ada gejolak,
paling-paling hanya beberapa saat saja.
Masa
maba memang adalah masa yang paling menyenangkan. Kita masih dipenuhi semangat
yang berapi-api. Seperti lagu dari Haji Rhoma Irama. Darah muda kita pada masa
maba tengah bersemangat dan menggebu-gebu dan mungkin berada pada puncaknya. Sewaktu
maba, rasanya kita sangat rajin datang ke kelas. Semangat berdiskusi dan
berbagai pemikiran-pemikiran baru.
Ketika
teman presentasi rasanya kita ingin jadi yang pertama kali mengajukan
pertanyaan untuk mendapatkan nilai plus dari dosen, pertanda kita aktif di
dalam perkuliahan. Walaupun jujur dapat dikatakan bahwa bertanya setelah teman
selesai presentasi itu terkadang sifatnya formalitas belaka dan substansinya
hampir tidak ada (karena biasanya itu hanya digunakan untuk menguji bukan
benar-benar bahan untuk diskusi).
Pada
masa maba, kita juga masih bisa tersenyum terutama ketika melihat si doi yang
cantik. Atau mungkin melihat kating-kating yang aduhai. Semua ini sudah hampir hilang
sensasinya dan tidak terlalu terasa di semester-semester tua. Karena yang ada
di pikiran kita para mahasiswa yang beranjak tua adalah tugas, tugas dan kapan lulus?.
Euforia-euforia
pada masa maba itu akan mulai hilang seiring dengan meningkatnya semester kita.
Berganti dengan ironi-ironi yang terkadang menyesakkan hati. Jadi mungkin itu
sedikit curahan saya pada tulisan kali ini.
Lalu apa substansi dari artikel ini?
Mungkin
jika pada sesi ini saya hanya curhat semata, rasanya akan sia-sia. Oleh sebab
itu, paling tidak saya ingin menitipkan pesan moral kepada kalian semua. Pesan
moral yang ingin saya sampaikan adalah hidup tidak akan berjalan
lempeng-lempeng saja. Seperti aliran sungai yang pada mulanya tenang akan
berubah bergejolak ketika sampai pada titik tertentu. Tinggal bagaimana cara
kita menghadapi gejolak tersebut. Lari atau hadapi dengan kapasitas kita
masing-masing. Dan yang paling penting, saya ingin menyampaikan bahwa nikah
bukan solusi ketika kita tengah capek dengan tugas-tugas kuliah karena realita
hidup yang sesungguhnya itu adalah masa-masa setelah kuliah dan itu jauh lebih
berat dari tugas-tugas kuliah.
Selain
itu, tulisan ini juga sebagai salah satu cara saya untuk mengenang masa-masa
nostalgia sewaktu masih maba dan masih berwajah sumringah ketika hidup masih
baik-baik saja. Dan untuk ke depan mungkin saya juga akan lebih sering menulis
artikel-artikel curhat semacam ini karena itu cukup menjadi obat dari
kesuntukan saya terhadap dunia perkuliahan.
Semoga
tulisan ini menghibur dan terima kasih atas kunjungannya.
Baca juga: 8 Penyebab Utama Mahasiswa Malas Kuliah
Tags
Jejak