“Cok,
mantanmu tambah ayu,” celetuk salah seorang sahabat saya ketika ngopi di sebuah
warung. Saya tidak mengerti harus merespon bagaimana karena sejujurnya saya
sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan mantan pacar saya.
Meskipun
saya enggan dengan pembicaraan sahabat saya yang rentan menguarkan luka, namun
sahabat saya tetap bersikukuh menunjukkan foto mantan saya. Mendadak saya jadi
panas dingin menatap foto orang yang pernah menjalin hubungan dengan saya di
masa lalu. Sejujurnya saya sukar untuk mengakui, tapi memang fakta tidak dapat
menipu perasaan. Dia memang terlihat jauh lebih cantik daripada masa-masa kami
pacaran dulu. Asu, pikir saya.
Saya
pikir hal itu masih menjadi tanda tanya besar, mengapa dia semakin terlihat
cantik dan lebih kinclong ketimbang waktu pacaran dengan saya dulu. Barangkali,
cantik itu memang membutuhkan proses yang tidak lama. Ketika berpacaran dulu,
mungkin saja mantan saya masih belum dewasa dan tak terlalu memperhatikan
penampilan. Senyumnya tetap menawan waktu itu, meski pun ia tidak secantik
sekarang.
Namun,
melihat kecantikan mantan yang meningkat berkali-kali lipat membuat hati saya
menjadi resah. Ada bisikan-bisikan tidak jelas yang memaksa saya untuk
menghubungi dia sekali lagi atau paling tidak sekadar basa-basi seputar kabar.
Logika saya pun menentang keras karena mantan bagi saya adalah lembaran lama
yang tak perlu lagi diungkit ulang. Terlebih, balikan dengan mantan adalah hal
yang tabu buat saya. Tetapi di satu sisi, ada sedikit dilema yang mengerubuti
hati saya. Seperti ada penyesalan ketika melihat mantan yang semakin cantik. Saya
percaya, menyesal sekarang pun sudah tidak ada artinya karena semua sudah tidak
lagi sama.
“Buat
kamu saja, Cuk.” Saya berkata santai terhadap sahabat saya. Kebetulan dia pun
masih jomblo, barangkali mantan saya itu cocok dengan kriteria perempuan yang
dia cari. Sahabat saya tetap mengelu-elukan kecantikan mantan saya. Saya hanya
tersenyum meringis.
Acara
ngopi pun terus berlanjut, diselingi obrolan-obrolan lain yang tak kalah
hangat. Ah, sahabat saya memang berhasil membuat saya bernostalgia malam itu.
Mantan kini hanyalah angin lalu yang berhembus cukup singkat. Kehadirannya tak lagi berarti dalam
hidup.
Baca juga: Cinta Tidak Pernah Salah, Hanya Keadaan yang Tidak Bersahabat
Tags
Jejak