Terkadang,
cinta mampu menjebak kita dalam sebuah ruang hampa tak berpintu juga tak
berjendela. Kita tak pernah bisa keluar atau sekadar menatap langit dari
jendela. Apa yang kita lihat hanyalah dinding kosong. Tak ada suara yang dapat
kita dengar karena dinding itu akan tetap menjadi penghalang.
Tak semua
cinta dilalui dengan tawa bahagia. Kadangkala, mencintai membuat batin kita
tersiksa. Ketika harapan sudah tidak berbanding lurus dengan kenyataan. Ketika
semua perjuangan sudah menemui jalan buntu. Lantas, hati seringkali memaksa
kita untuk tetap berlabuh pada satu cinta yang sama. Meskipun, konsekuensi dari
hal itu tak jarang membuat kita putus asa dengan dia yang mungkin tak lagi
memberikan rasa yang sama terhadap kita.
Baca juga: Sepasang Mata yang Jatuh Cinta
Kita
seringkali menyangkal kenyataan meskipun hati kita sudah merasa jengah. Dalam
pemikiran kita, dia masih menjadi orang yang paling berharga dalam hidup kita,
meskipun secara tersirat itu adalah pemikiran yang salah. Memang, kebanyakan dari
kita selalu mengalami hal tersebut ketika mereka belum berusaha untuk melepas sesuatu
yang sudah selayaknya dilepas. Hal itu disebabkan karena hati masih memaksa
kita untuk tinggal pada tempat yang salah. Seharusnya kita bisa keluar dari
zona tersebut. Kita berhak bahagia, bukan malah terjebak dalam keputusasaan
yang justru membuat kita menderita.
Kawan,
mencintai dalam keputusasaan adalah sebuah kesia-siaan. Untuk apa bersikukuh mempertahankan,
ketika melepas adalah pilihan yang lebih baik. Kita mungkin seringkali terlihat
begitu bodoh karena mencintai orang yang salah. Kita menyia-nyiakan waktu kita
yang berharga untuk sekadar cinta yang tak terarah.
Ikhlaskan
dia untuk pergi meski itu akan menyisakan sebuah lubang di hati kita. Suatu
saat nanti akan ada seseorang yang akan mengisi lubang di hati kita. Seseorang
yang akan mengusir segala gundah dan rasa putus asa, yang juga akan membawa
harapan-harapan baru sebagai pelipur lara atas luka di masa lalu.
Baca juga: Satu Momen Ketika Waktu Seolah Membeku
Tags
Opini