source: www.technocrazed.com
Barangkali, seseorang pernah memikirkan pertanyaan ini
ketika tengah jatuh cinta kepada orang yang tidak pernah diduga sama sekali. Memang
terkadang hati mempertanyakan sebuah hal yang amat membingungkan. Sebuah
pertanyaan atau perihal yang diri sendiri seringkali tidak mengerti jawabannya.
“Dari sekian
orang yang kukenal, dari rangkaian tebakan atau mungkin perencanaan, lalu
mengapa semua itu harus berakhir di ‘kamu’? Mengapa perasaanku berkata bahwa
itu ‘kamu’?”
Manusia tidak akan pernah berhenti bertanya sebelum
mengerti apa yang dia pertanyakan. Begitupun aku yang tidak akan pernah berhenti
mempertanyakan alasan-alasan mengapa harus ‘kamu’ dari sekian banyak pilihan. Pertanyaan-pertanyaan
itu adalah sebuah renungan tersendiri untukku. Pertanyaan yang mungkin
terdengar sederhana tetapi mengandung nilai filsafat yang sangat tinggi. Aku
perlu menghabiskan berpuluh-puluh lamunan dalam satu hari untuk memikirkan
jawaban tersebut. Sungguh, akalku bekerja lebih keras daripada kemarin-kemarin
hanya untuk mendapatkan jawaban tersebut. Sesaat, aku merasa seperti Plato atau
Aristoteles yang tengah berfilsafat untuk menemukan kebenaran. Hanya saja, para
filosof hebat itu merenungi akar dari segala ilmu pengetahuan, sedangkan aku
memfilsafati hal sederhana namun rumit dijelaskan yaitu ‘kamu’.
Di antara lamunan-lamunanku, ada satu
kebenaran yang mungkin telah kutemukan. Barangkali, hasil perenunganku itu akan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Perihal ‘tentangmu’ adalah
rahasia Tuhan. Sejauh apapun aku berpikir, tak ada satupun petunjuk yang dapat
kupatenkan sebagai jawaban selain jawaban itu. Memang, kamu adalah rahasia yang Tuhan hadirkan ke dalam hidupku. Aku
hanya tersadar bahwa sejatinya perasaan itu hadir yang dianugerahkan oleh Tuhan
kepada kita para manusia yang masih memiliki kekuatan untuk mencintai. Bukankah
kita memang tercipta berpasang-pasangan? Dan dalam hidup manusia harus mencari
sekeping hatinya yang hilang agar utuh kembali atas ijin Tuhan. Pencarian
tersebut memang melelahkan, manusia berkali-kali menemukan lalu kehilangan.
Sebagai manusia, kita bisa berencana dengan logika,
kepada siapa kita akan menjatuhkan pilihan tentang janji hidup atau
rencana-rencana ke depan. Namun, masalah perasaan tidak sesederhana itu.
Mencintai itu bukan pilihan. Mencintai adalah ketetapan mutlak, yang tidak
dapat kita ingkari.
Lalu mengapa perasaan itu harus berhenti di ‘kamu’?
kupikir itu karena ada sebuah benang yang menghubungkan kita berdua. Benang
yang akan menyulam satu per satu cerita ke depan atau bisa juga mengurai dengan
sendirinya di tengah jalan. Itu adalah rahasia yang akan terkuak misterinya
ketika waktu telah merangkak maju. Hanya saja, boleh jadi jika ‘kamu’ hanyalah
pemberhentianku sementara dari sekian banyak tempat. Atau boleh jadi ‘kamu’
adalah rumah abadi, tempatku tinggal selama aku bernafas hingga tutup usia, dan
semoga juga akan tetap bersama di kehidupan selanjutnya nanti. Rahasia itu akan
aku temukan nanti, bukan sekarang. Akan tetapi aku percaya, jika suatu saat ‘kamu’
pergi, itu artinya ‘kamu’ bukan ketetapan dari Tuhan untukku, dan tentu ‘kamu’
akan meninggalkan setitik luka serta kenangan sebagai pelajaran hidup.
Sebaliknya, jika ‘kamu’ tetap senantiasa di sampingku, itu berarti ‘kamu’
adalah hadiah dari Tuhan sebagai pertanda bahwa pencarianku telah menemui akhir.
Sejatinya, jatuh cinta adalah spontanitas tingkat
tinggi yang susah untuk diprediksi. Oleh sebab itu, ‘kamu’ adalah pilihan
istimewa dari sekian pilihan lain yang membuatku jatuh cinta. Aku tidak akan
menyangkal, aku hanya bisa menerima kenyataan bahwa sekarang perasaan itu
berhenti di ‘kamu’.